Teritis.id, Muarojambi -- Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muarojambi Mencatatkan Sebanyak 86 bangunan sekolah dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Muaro Jambi terendam banjir. Akibatnya, seluruh siswa harus belajar secara daring."Jadi ada beberapa yang terdampak banjir dan itu berasal dari berbagai jenjang pendidikan dari PAUD, SD hingga SMP, dan itu kita upayakan untuk sistem belajar daring," kata Kepala Disdikbud Kabupaten Muaro Jambi Firdaus, Selasa (6/2/2024).
Dia merincikan dari 86 bangunan sekolah itu ada 26 sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), 50 Sekolah Dasar (SD) dan 11 Sekolah Menengah Pertama (SMP).
"Jadi ada beberapa yang terdampak banjir dan itu berasal dari berbagai jenjang pendidikan dari PAUD, SD hingga SMP, dan itu kita upayakan untuk sistem belajar daring," kata Kepala Disdikbud Kabupaten Muaro Jambi Firdaus, Selasa (6/2/2024).
Dia merincikan dari 86 bangunan sekolah itu ada 26 sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), 50 Sekolah Dasar (SD) dan 11 Sekolah Menengah Pertama (SMP).
"86 Bangunan Sekolah di Muaro Jambi Terendam Banjir, Siswa Belajar Daring"
Sekolah-sekolah yang terendam banjir itu, kata Firdaus, memang berada di wilayah dataran rendah Kabupaten Muaro Jambi. Di antaranya di Kecamatan Kumpeh, Kumpeh Ulu, Taman Rajo, Sekernan, Jambi Luar Kota (Jaluko) dan Kecamatan Maro Sebo.
"Total sekolah-sekolah itu tersebar di 6 Kecamatan, yang terbanyak di Kecamatan Kumpeh, Taman Rajo dan Kecamatan Kumpeh Ulu," ujar Firdaus.
Namun Firdaus menyebut bahwa belajar sekolah secara daring di wilayah itu masih menemui beberapa kendala baik oleh tenaga pendidik maupun siswa.
"Kendalanya masalah jaringan internet, ada beberapa tempat yang koneksi internetnya terganggu karena dampak banjir ini dan juga kondisi lingkungan rumahnya yang terendam, sehingga membuat ketidaknyamanan anak-anak maupun orang tua dalam proses belajar yang mengakibatkan konsentrasi anak-anak menjadi terganggu," bebernya.
Dia berharap banjir ini segera berakhir agar peserta didik kembali bisa mengejar ketertinggalan pelajaran mereka dengan bertatap muka langsung dengan guru-gurunya.
"Jadi bagaimanapun, belajar tatap muka di kelas lebih efektif bagi anak-anak, dan juga bagi guru itu sendiri, ketimbang daring. Tetapi karena kondisi lagi banjir terpaksa kita lakukan daring,"sampainya.(Zn)
Social Plugin